Potensi Kelautan Indonesia Masih Belum Dimanfaatkan 100%

 Sektor kelautan dan perikanan merupakan sektor prioritas terhadap perekonomian Indonesia, ketika Presiden Jokowi terpilih untuk kedua kalinya, ia mengatakan laut adalah masa depan bangsa, kita harus bekerja sekeras kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim.


Luas laut Indonesia mencapai 8 juta kilo meter persegi sama dengan Amerika Serikat, perbedaannya adalah Amerika Serikat mengelola semua potensi kelautannya sementara Indonesia belum sepenuhnya mengelola kelautan sehingga masih ada potensi yang besar dan belum dimanfaatkan. 

Total potensi ekonomi dari sektor kelautan dan perikanan per tahunnya diperkirakan mencapai US$ 1,3 miliar yang diperoleh dari 11 sektor kelautan mulai dari perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi kelautan, energi dan sumber daya mineral (garam), pariwisata bahari, transportasi laut, industri dan jasa maritim, coastal forestry, sumber daya wilayah pulau pulau kecil dan sumber daya non konvensional. 

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja mengatakan sektor kelautan Indonesia memang luas dan masih banyak potensi untuk dikembangkan. Untuk perikanan tangkap sendiri, Indonesia sudah mempunyai 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPPNRI), ke-11 wilayah tersebut sudah didaftarkan ke-PBB dan sudah diakui sedangkan dalam setahun Indonesia bisa menghasilkan 12,5 juta ton hasil perikanan tangkap. 

Untuk mengelola potensi kelautan dan perikanan yang masih besar, maka dibutuhkan koordinasi yang kuat antara 3 elemen yaitu pemerintah, nelayan dan pelaku usaha, peran pemerintah sudah jelas akan mengeluarkan regulasi yang bermanfaat, sementara nelayan sebagai pelaku yang turun ke lapangan dan yang tidak kalah pentingnya, peran pengusaha sebagai penguat dan memiliki modal. 

Tiga elemen harus saling bahu membahu dan berkoordinasi untuk kemajuan sektor kelautan dan perikanan Indonesia, KKP melihat peran pengusaha cukup besar terutama pengusaha muda yang terus melakukan inovasi. Saat ini, peran pengusaha muda sudah terlihat dalam sektor perikanan dan kelautan dimana peran mereka lebih membuat sektor perikan go digital/transformasi digital. 

Dengan perkembangan digital yang semakin pesat, KKP juga terlibat untuk mempercepat transformasi digital dan bekerjasama dengan pengusaha muda, langkah yang dilakukan untuk tranformasi digital di sektor kelautan dan perikanan adalah penguatan ekosistem ekonomi digital dengan memfasilitasi program UMKM jualan online dan pembangunan Pusat Data Nasional dan menyusun digital marketing. 

“Sektor kelautan dan perikanan juga sudah menuju era digitalisasi agar bisa berdaya saing dan sebagai tumpuan ekonomi,” ujar dia dalam acara Rapat Nasional Hipmi di Jakarta, belum lama ini. 

Di samping itu, Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Sebatik KKP bersama Bea Cukai Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara melakukan ekspor ikan perdana ke Tawau, Malaysia dengan nilai ekspor mencapai Rp 4,2 miliar yang terdiri dari ikan bandeng dan ikan demersal. 

Koordinator SKPT Sebatik, Iswadi Rachman mengatakan kegiatan ekspor tersebut sudah dilengkapi dengan kelengkapan dokumen seperti health certificate. Kelengkapan dokumen tersebut menjadi langkah pemerintah untuk menghindari kegiatan ekspor ilegal, KKP akan terus melakukan pembinaan kepada pelaku usaha mulai dari hulu ke hilir untuk memastikan produk yang dihasilkan terjamin mutu dan kualitasnya. 

Ekspor langsung yang dilaksanakan di SKPT Sebatik ini merupakan salah satu keberhasilan KKP dalam membangun daerah pinggiran Indonesia yang kaya akan potensi Sumber Daya Ikan. 

SKPT Sebatik juga akan menjadi titik pemeriksaan (check point) dan titik pengeluaran (exit point) dan pemasukan (entry point) kapal perikanan dari berbagai daerah di Kalimantan Utara. 

Perairan di Provinsi Kalimantan Utara masuk ke dalam zona Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPPNRI) 716 meliputi perairan Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera, potensi pada zona tersebut mencapai 597.139 ton yang terdiri dari ikan pelagis kecil, ikan karang, udang, lobster.


Sumber: https://investor.id/

Posting Komentar

0 Komentar